Jogjakarta,kemarin...
Langit Jogja kelabu,dengan mendung yang tanggung tak kunjung meneteskan hujan sepanjang sore itu,
ratusan orang lalu lalang di depanku,dan yang lain sibuk dengan aktivitas masing-masing,tak perduli langit sewaktu-waktu dapat membasahkan tubuh mereka.
Sudah seperti keharusan bagi warga Jogja,khususnya anak muda untuk menikmati suasana bersama di sekitaran Benteng Vredeburg,yah apalagi akhir pekan macam ini,ramai.
Di bawah pohon,tepat di sebelah ibu berkerudung merah jambu yang menjual sate madura di depan Pasar Senthir ini lah biasa kulalui soreku,3-4 jam sehari,kadang lebih.
Aku?,tak penting kalian tahu siapa aku,seperti Jason Becker,aku tidak kenal atau sekalipun pernah bertemu dengannya,tapi aku begitu menDewakannya,ya pria jenius yang disebut-sebut reinkarnasi Mozart itu adalah dewaku,partikel Tuhan dalam setiap tetes darahku.Kini Dewaku bersuara,Perpetual Burn berteriak dari gitarku,iringanbacking track dari radio tape tua merk Sony,dengan amply 15 watt yang listriknya nunut Tukang Bakso dekat situ,ya inilah kegiatanku,ngamen?,bukan,street perform?,bukan,ini konser kecilku.
Itulah lagu terakhir untuk hari ini,sekitar 11-13 orang memberiku tepuk tangan,dan topi koboi pemberian Pakdheku sudah lumayan banyak terisi uang,nampaknya langit pun ingin menyudahi konser kecilku,gerimisnya menutup konserku seperti layar dalam panggung theater,sempurna.
Berteduh aku di Tukang Bakso tempatku meminjam listrik,Es Goodday Coolin pas untuk kerongkonganku yang sedari tadi minta dialiri air,maklum 8 lagu terasa berat untuk seorang soloist sepertiku.Kuhitung hasil jerih payahku,gajiku hari ini tepat 47 ribu 300,yah lumayan untuk hari ini,10 ribu kumasukkan ke kotak berbentuk hati,simpanan untuk mimpiku kelak,20 ribu untuk biaya pendidikanku,sisanya,untuk menikmati hal-hal kecil...hahaha.
Ya,aku duduk di kelas 3 SMK,SMK Musik di Jogjakarta,satu-satunya di provinsi istimewa ini.
Jogjakarta,masih kemarin...
Kupacu motor tuaku keluar dari parkiran sekolah,hari terakhir UAN sudah kulewati,hari-hari terakhirku sebagai pelajar sekolah akan segera habis,dan secepatnya aku ingin meninggalkan sekolah itu,aku sudah kenyang dengan musik klasik,aku ingin musik yang sesungguhnya,aku ingin Neo Klasik,aku ingin Jason!
Aku pergi ke Benteng vredeburg lebih awal,takut jalanan Jogja macet,yah hari terakhir UAN,pasti banyak pelajar yang berkampanye merayakan selesainya penderitaan mereka.Benar saja,ramai sekali ketika aku tiba,pelajar berseragam memenuhi kawasan Malioboro sampai lampu merah BI,topi koboi pemberian Pakdheku akan penuh,harapku.
Sampai juga aku di tempat biasa aku menjajakan diri,setelah hampir 30menit berebut tempat parkir,dengan sigap aku siapkan properti konserku,aku adalah crew sekaligus bintangnya,murni soloist.
Seorang anak laki-laki duduk di depan tempat aku akan bernyanyi,entah sejak kapan,aku kira awalnya dia akan merebut lahanku,karena dia menggendong sebuah gitar,tapi dari penampilannya dia orang mapan,entah apa yang dia mau,dia terus saja duduk tanpa melakukan apapun,dan aku pun masih sibuk check sound dengan agak menahan tawa karena bocah itu seperti liliput,bayangkan saja gitarnya lebih besar dari dirinya sendiri,hahaha anak yg lucu.
"Well,ladies and gentleman,are you ready to rock?",seperti biasa kuawali dengan berbicara sendiri,namun kali ini kutambahkan,"Hey,kid,you ready?",dan bocah itu menatapku kosong tanpa ekspresi,ass karepmulah lhe!,batinku.
Hmmm...tampaknya akan kubawakan Buckethead untuk pemanasan,dan Soothsayer pun mulai berteriak dari Les Paulku.
Anak kecil itu bertepuk tangan untukku,hahaha akhirnya kau luluh juga kan bocah?
Kuamati sekitar,nampaknya Rock klasik tidak cocok dengan telinga mereka saat ini,maklum kebanyakan disini sekarang anak-anak SMA,yang hanya tahu Band cadas metal dengan lyric yang membuat kita harus membuka internet untuk tahu dia nyanyi apa sih?,lagian aku juga lagi on fire,sedikit metal atau emo tak apalah,boyband pun juga tak masalah jika ada yang merikues,sungguh!.Semua musik itu baik,dan musisi yg baik bisa memainkan semua musik,walau jujur saja pria-pria ganteng yang pandai menari itu membuatku muak,kau berpikiran sama denganku kan?.
Meski uang yang kuperoleh saat ini sudah memenuhi topi koboi pemberian Pakdheku,namun lagu yang lagi trend ini menguras tenagaku,yah bermain gitar dan Scream 3 lagu,bayangke Dab!,dan hebatnya lagi senar nomer 4 ku putus,hebatnya lagi aku tidak bawa senar cadangan,hebat!,padahal lagi ramai kaya gini,FUCK!!!.
"Nih,om pakai gitarku,senar om putus kan?",suara anak kecil itu dengan tampang seakan nyukurke aku.
Yah,niat baik jangan ditolak,kuterima bantuan anak kecil itu,kuambil gitanya dari tangannya,sambil kubuka pelan-pelan Hardcasenya,aku bertanya,"Sopo namamu?,kelas piro?","Mahardhika Swara Rahespati om,kelas 2 SMP"
"wkwkwkwk...jeneng opo sepur e kui?",aku tertawa karena perkenalannya yang begitu formal,dan namanya benar-benar lucu ditelingaku.Loh,gitar ini tidak asing buatku,tanda tangan ini pernah liat dimana gitu,batinku penasaran.
"Itu gitar punya Jason Becker,papa langsung beli buat aku waktu pertama keluar,Bagus kan om warna-warni?,hehe"
"JEMBOT!!!",aku berteriak seperti kesetanan,pandanganku ke gitar itu tajam,tanganku gemetaran,aku akan memainkan gitar Jason!,gitar seorang Dewa..."Buwajinguk!,mimpi opo aku mau bengi?!",batinku misuh-misuh.
Ok,ga usah panik,ga usah ndeso,aku profesional,tidak boleh panik,atur nafas...tetap saja aku masihmisuh-misuh kesenengen,The best day of my life pokoknya!."beneran nih boleh aku mainin?",tanyaku,"iya,buruan napa om,lama ah"
"Ok,lhe",jawabku dengan segera kumainkan gitar dewaku,asli enak banget,mirip cewek perawan aja nih gitar,rintihannya merdu dan lantang,Altitudes...ya lagu yang mengubah jalan hidupku,dan aku keheranan dengan permainanku sendiri,apakah gitar ini penyebabnya?,ah perduli amat,Focus to audience dude!.
Oh,tidak terasa hampir 6 lagu Jason kubawakan aku nyanyikan dengan gitar dewaku itu,aku seperti kuda pacu yang disuntik Steroid.
Aku duduk disamping anak kecil itu,"Emang Papamu ga marah gitar ini kamu bawa kemana2?,kamu bisa main gitar",tanyaku penasaran,"panggil Dhika aja om,ga kok,papa tu ga begitu suka Jason,jadi ya tuh gitar dikasih ke aku,belum bisa maeninnya sih om,tapi pengen dari dulu bisa main gitar,pengen bisa kaya Jimi Hendrix,Jason Becker,Jimmy Page,Kurt Cobain,Al Di Meola,David Gilmour,ama Dewa-dewa gitar lainnya",jawab Dhika dengan panjang,dia terus saja berceloteh tentang musisi-musisi besar yang dia idolai,sedikit-sedikit kutambahkan jika ada yang kurang.
What?!,anak seusia ini tahu dewa gitar dan Rock n Roll?,aku pikir anak-anak jaman sekarang hanya musik-musik yang lagi laku saja,tapi anak ini...Damn!,he's good,batinku.
"Mau kuajarin gitar?",tanyaku semangat,"mau mau mau",jawabnya dengan nada lucu.
"Ok,aku ajarin kunci-kunci dasar dulu ya,kamu liat sini jangan liatin muka om terus napa,om tau om ganteng"
"DHIKA!!!",dari kejauhan terdengar suara pria memanggil Dhika,seorang pria Bule lalu menghampiri kami,"Dhika,I've been looking for your for two hours!,its dangerous to going out by your self honey",Bule itu tiba-tiba bicara dengan Dhika,aku tak begitu paham artinya,"Im sorry papa,Im just getting bored in my room all the time,Im sorry",jawab Dhika dengan agak terisak-isak,tiba-tiba Bule itu menoleh padaku,mengulurkan tangan kanannya,"David",dia memperkenalkan diri,
"ehmmm...Jei sir",jawabku dengan logat sok inggris,"Saya papanya Dhika,terimakasih kamu sudah menjaga Dhika,saya sudah mencarinya kemana-mana,tadi kami baru di Rumah Sakit,tiba-tiba Dhika hilang,saya sangat panik",jelas David dengan logat bule mirip Cinta Laura.
Dhika menjelaskan pada ayahnya tentang kemampuanku bermain gitar dan keinginanku mengajari dia bermain gitar,aku mengiyakan semua penjelasan Dhika,Mister David bercerita bahwa dia punya sebuah yayasan di rumahnya untuk anak-anak putus sekolah di rumahnya,dia memintaku untuk mengajari anak-anak itu dan Dhika musik,dan dia bersedia membayarku,langsung kuiyakan ajakan Mister David,tolol jika aku menolak.
"We talk again later ok?,this my phone number,aku harus kembali ke Rumah Sakit sekarang",jelas Mister David,"siapa yang sakit Mister?",tanyaku ingin tahu,"Dhika ada operasi hari ini,I must go back to hospital immediately",tandasnya,
"hah?,Dhika sakit?",tanyaku heran,"Yeah,dia ada transplantasi retina,dia buta sejak umur 2 tahun",jawab Mister David sambil mengusap kepala Dhika.
Aku hanya terdiam,serasa golok tajam membacok dadaku,Mister David dan Dhika pergi meninggalkanku menuju mobil Mewah hitam yang diparkir di dekat lampu merah,gitarnya masih ada padaku,aku lalu berteriak,"Dhika!!!,ini gitarmu ketinggalan!!!",Dhika menjawab,"bawa dulu aja om,nanti juga ketemu kan?,repot amat aku mau operasi suruh bawa gitar!",dan dia pun pergi dengan mobilnya...
Aku yang seorang profesional ini kini menangis,dengan rasa bingung bercampur hancur,aku mulai sadar inilah jalanku,aku ditakdirkan untuk membuat Dhika mencapai cita-citanya menjadi Dewa Gitar,dan mengajarkan anak-anak putus sekolah di yayasan Mister David tentang musik yang sebenarnya,ya ini jalanku,kau berpikiran sama denganku kan Jason?.
Jogjakarta,hari ini...
canda tawa anak-anak kecil mengiringi hari-hariku,mereka begitu antusias dengan apa yang aku ajarkan,dan Dhika lah yang paling semangat,kini ia bermain gitar hampir sehebat aku,dan gitar dewaku ini kini resmi diberikan padaku sebagai gajiku,aku hanya minta itu,ini lebih dari cukup Jason.
(STORY TRIBUTE TO JASON BECKER...He's True Music Inspiration)